Bukan nama sembarangan

Badanku tak sebesar tekadku

Ingin ku raih cita-citaku

Namun ...

Sulit untuk mencapainya

Andaikan aku bisa

Rasa banggaku akan sangat besar

Copet Stasiun


Saat liburan semester satu kelas 8, aku dan saudaraku ingin mengisi liburan ke rumah tanteku di Banyuwangi. Kami pun pergi sore hari naik kereta api ekonomi jurusan Malang-Banyuwangi. Dan akan dijemput tanteku di stasiun Banyuwangi sana.
Kira-kira kami berangkat ke stasiun jam 2 siang. Jadwal keberangkatan kereta jam 3 sore. Kami pun cepat-cepat berangkat supaya tidak ketinggalan kereta.
Kurang lebih 45 menit sebelum kereta berangkat, kami sudah disana. Kami menunggu kareta sambil makan, minum, dan maen hp supaya waktu terasa lebih cepat. Kereta pun datang. Kami segera naik ke kereta. Semua berebutan dan berdempetan.
Tiba-tiba hp yang aku bawa tidak ada di sakuku. Aku pun panik. Entah kemana hpku hilang. Kami mencari-cari di luar kereta. Ku lihat dibawah kolong kereta tidak ada. Di tempat kami duduk tadi juga tidak ada. Daripada bingung mencari di luar, kami segera naik. Aku cari di tas, saku-saku, semuanya, tetap tidak ketemu. Tidak salah lagi, pasti dicopet orang.
Aku hanya bisa parah, kenapa barang bawaanku sendiri tidak aku jaga dengan baik. Mungkin copet itu mengambil hpku saat berdesakan akan naik ke kereta. Memang tidak terasa saat copet itu mengambil hp di sakuku, dan aku hanya fokus untuk cepat-cepat naik ke kereta. Untung saja hpku saat itu tidak terlalu mahal, walaupun sangat bermanfaat. Tidak enak kalau kemana-mana tidak bawa hp.
Kecopetan ini menjadi pelajaran bagiku supaya lebih berhati-hati menjaga barang berharga di tempat umum, dan lebih waspada saat ada orang yang terlihat mencurigakan. Dan juga aku usahakan tidak bepergian jauh sendirian.

Entah apa??

Badanmu yang berat
Juga tak kuat
Larimu pun tak cepat
Tubuhmu juga tak sehat
Setelah di tabrak, badanmu pun jadi cacat 
Lengkap sudah penderitaanmu saat hidupmu singkat

???





Burung Emas

          Beratus-ratus tahun yang lalu, ada sebuah kuil kecil damai dengan tujuh biksu muda tinggal di dalamnya. Kuil ini jauh dari keramaian. Hal itu membuat beberapa biarawan merasa bosan.
Beberapa dari mereka terus bercerita betapa besar tempat tinggal mereka sendiri, sebelum mereka harus tinggal di kuil itu.
"Rumah saya lebih besar dari kuil ini. Juga ada halaman besar dan kolam ikan ", kata biksu pertama.
"Saya memiliki banyak pakaian. Saya bisa mengganti baju empat kali dalam sehari. Jadi saya tidak harus memakai pakaian bau ini sehari-hari ", kata biksu kedua.
"Para pembantuku bisa masak dua belas resep yang berbeda setiap kali saya ingin makan. Makanan buatan merek sangat lezat", kata biarawan ketiga.
Akhirnya, tiga dari para biksu meninggalkan kuil dan kembali ke kota asal mereka. Ada empat biksu tersisa di kuil. Sampai suatu hari mereka melihat seekor burung besar berwarna emas terbang di atas halaman. Kemudian empat helai bulu jatuh dari tubuh burung. Setelah para biksu memegang bulu itu, mereka tidak bisa melepaskannya. Burung itu langsung mencengkram biksu, dan membawa ke-empat nya terbang ke tempat-tempat di luar kuil. Mereka melihat rumah-rumah yang indah dan hidup mewah, tetapi mereka juga melihat perang, kemiskinan, kelaparan, dan orang-orang yang tidak memiliki rumah.
Ketika burung membawa biksu-biksu itu kembali ke kuil, mereka melihat ke sekeliling halaman. Mereka bersyukur kepada Tuhan karena mereka memiliki kehidupan yang damai dari sisi lain dunia.

Liburan

                   Liburan ..
                   Ku isi dengan bermain
                   Juga ke tempat wisata
                   Rasa jenuh setelah pelajaran yang lalu
                   Telah hilang tak tersisa
Ku bermain dengan teman-teman
Rasa senang menghiasi liburanku
Tak terasa liburan telah usai
Dengan semangat baru
Ku siap untuk bersekolah kembali